Palmerah.online

Ramai-ramai Merayakan NFT

Karya seni digital dalam medium NFT atau non-fungible token sedang digandrungi pelaku seni berbasis gambar juga musik. Ia punya aturan main sendiri yang dianggap membebaskan dari campur tangan pihak yang “tidak perlu”; mendekatkan kreator dengan apresiatornya, yang berdampak pada perolehan profit. Meski nilai mata uang kripto tak menentu, kehadiran medium NFT masih patut dirayakan.

Galam Zulkifli (51) menceritakan pengalaman manis yang ia rasakan pada Maret 2022. Salah satu karya seni NFT berbasis lukisan yang ia unggah di “jagat” Etherium laku senilai 5 ETH, mata uang di salah satu semesta maya itu. Nilai satu koin uang kripto ETH pada waktu itu kira-kira setara dengan Rp 45 juta di jagat nyata. Jadi, satu lukisannya dibeli orang seharga Rp 225 juta. Di dalam kesepakatan transaksi NFT, Galam menyertakan lukisan fisik turut dikirim ke pembeli jika karya digitalnya terbeli.

“Sekarang nilai uang kripto turun drastis. Nilai 1 ETH dari sekitar Rp 45 juta pada tiga bulan lalu, sekarang turun menjadi sekitar Rp 16 juta,” ujar Galam, Rabu (15/6/2022) di Yogyakarta. Diduga, salah satu penyebab anjloknya itu adalah pernyataan Bill Gates yang tidak percaya pada mata uang kripto dan euforia NFT.

Sudahlah, tak penting membandingkan Bill Gates sang filantropis dengan Galam Zulkifli sang pelukis kelahiran Sumbawa, NTB yang kini berdomisili di Yogyakarta ini. Bagi Galam, NFT memberinya manfaat penting. “Pertama, karya NFT memiliki setifikat yang tidak mungkin dipalsukan. Kedua, NFT menjadi jembatan untuuk mengenalkan karya-karya terbaru saya ke publik,” ujarnya.

About The Author

Tinggalkan Balasan

Komentar:

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Informasi Publikasi Buku